OPSINTB.com - Siang itu, Aiptu Muhibuddin, baru pulang. Dia nampak tergopoh-gopoh.
Sesampainya di rumah, ia hanya melepas baju dinas luarnya saja. Langkahnya dipercepat menuju kandang di halaman belakang.
Di kandang itu, sebanyak belasan sapi jenis si mental menunggu untuk diberikan makan. Dengan cepat dirinya mengambil sabit, memotong tumpukan rerumputan yang masih hijau.
Setiap potongannya, dijejer ke tempat pakan. Belasan sapi berukuran jumbo itu secara lahap memakan rerumputan tersebut.
Usai memberikan makan, Aiptu Muhibuddin, terlihat bernafas lega. Sorot matanya, tetap memandang hewan ternaknya.
Di tengah kesibukan berternak, dia juga sebagai polisi aktif, bertugas di Polsek Kecamatan Pringgasela, sebagai Babinkantibmas.
Di tengah tugasnya sebagai abdi negara, dirinya harus pintar mencuri-curi waktu untk memberikan peliharaannya makanan. Sebab, tugas-tugas yang harus dijalani terkadang tak menentu.
Rasa lelah dibarengi penat setelah menjalani tugas, seakan hilang seketika, setelah melihat sapi dengan lahap, bertubuh sehat dan gemuk. Terlebih, sebentar lagi hari raya kurban tiba.
"Saya mulai berternak sapi tahun 2005," tutur Aiptu Muhibuddin, belum lama ini.
Tahun itu, dirinya nekat meminjam uang sebesar Rp 20 juta di koperasi Polres Lotim. Dari pinjaman itu dia membeli dua ekor sapi biasa, dan dititipkan di kandang milik keluarganya untuk dirawat dengan sistem bagi hasil.
Setalah enam tahun berjalan sapi itu kemudian berkembang jadi beberapa ekor. Sapi-sapi itu kemudian ia bawa pulang untuk diternak sendiri di halaman belakang rumahnya.
Tidak berselang lama, sapi-sapi itu ia jual. Hasilnya penjualan itu dirinya membeli satu perindukan sapi jenis si mental .
Saat ini total sapi jenis si mental yang dimiliki sebanyak 13 ekor. Selain perindukan, ia juga melakukan penggemukan untuk kebutuhan pedaging, baik untuk aqikah, pesta maupun kebutuhan hewan kurban.
“Alhamdulillah, setiap tahun selalu menjadi langganan para saudagar sapi atau masyarakat yang akan berkurban," jelasnya.
Selain memiliki bobot besar. Sapi-sapi miliknya juga dinilai sangat sehat.
Biasanya, dia mengurus hewan ternaknya setelah pulang kerja atau waktu-waktu luang. Mulai dari menyabit rumput, membersihkan kandang dan lainnya.
Saat ini dirinya sedang persiapan untuk kurban. Sapi miliknya sudah ditawar harga Rp 28 juta.
"Tapi belum bisa kita lepas, karena kita mau harga Rp 29 juta," sebutnya.
Dia mengatakan, harga sapi bervariasi, tergantung kondisi dan bobot sapi. Saat ini, harganya mulai merangkak naik, berkisar antara Rp 55 ribu per kilo hidup.
Menjelang Idul Adha, permintaan mulai meningkat untuk persiapan kurban. Setiap tahunnya, minimal 4 hingga 5 ekor dari kandangnya terjual.
Untuk merawat tiga belas sapi jenis si mental itu, ia memperkerjakan masyarakat sekitar sebanyak 5 orang. Satu orang pekerja merawat dua ekor sapi dengan sistem bagi hasil.
Menurutnya, sapi-sapi miliknya sangat sehat dan dipastikan aman untuk kurban. Meskipun di tengah isu penyakit mulut dan kuku (PMK) mulai merebak.
“Alhamdulillah semuanya sehat," akuinya.
Tahun lalu, kata dia, sapi miliknya juga terkena oleh PMK. Kendati demikian, syukur tidak ada yang sampai mati.
"Sapi-sapi kita terakhir dia kena padahal sudah mau hilang di Lotim,” keluhnya.
Saat PMK merebak, ia mengalami kerugian jutaan rupiah. Sebab, sapi yang terkena penyakit itu dijual dengan harga murah.
Bahkan saat itu banyak peternak-peternak lain juga mengalami hal yang sama bahkan tidak sedikit yang mati.
Tahun 2024 lalu, isu PMK kembali mencuat, tak ayal sempat membuatnya panik. Sebab, dirinya sudah merasakan dampaknya secara langsung.
"Berangkat dari kejadian itu, perawatan lebih kita intensifkan. Mulai dari pembersihan kandang secara teratur hingga pemberian vaksin," pungkasnya. (kin)
follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di twitter
Follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di Instagram
follow Instagram Kami