TEMPO.CO, Jakarta - Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi Novel
Baswedan menginginkan tim gabungan bentukan Polri tak cuma mengusut
kasus teror air keras terhadap dirinya. Ia menginginkan tim itu juga
mengusut kasus teror lainnya ke KPK. “Saya sudah minta mereka untuk mau
mengungkap semua serangan terhadap orang-orang KPK,” kata Novel lewat
pesan teks, Jumat, 26 April 2019.
Penyidik senior KPK, Novel Baswedan usai melakukan pertemuan dengan Advocacy Manager Amnesty International Asia-Pacific, Francisco Bencosme, di gedung KPK, Jakarta, Jumat, 26 April 2019. TEMPO/Imam Sukamto
|
Seusai pertemuan, Hendardi mengatakan bertemu dengan pimpinan KPK, Laode M. Syarif dan Saut Situmorang untuk menyampaikan perkembangan pengusutan kasus Novel oleh tim yang dibentuk Kapolri Jenderal Tito Karnavian pada awal 2019 itu. Dia mengatakan tim telah melakukan reka ulang tempat kejadian dan memeriksa sejumlah saksi yang sudah maupun belum diperiksa. Selain itu, Hendardi berkata tim juga meminta persetujuan pimpinan KPK untuk memeriksa Novel. “Saya kira itu mendapat lampu hijau dari pimpinan,” kata dia.
Novel mengatakan saat itu tim sempat bertemu dengannya walau hanya sebentar. Pimpinan KPK, kata dia, menyerahkan keputusan pemeriksaan kepada dirinya. “Pimpinan menyerahkan kepada saya untuk memberi keterangan atau tidak,” kata dia.
Dia mengaku agak ragu dengan tim karena mandat yang diberikan bukan berasal dari presiden. Dia menganggap banyak anggota tim juga terafiliasi dengan pejabat kepolisian. Novel mengatakan sampai saat ini masih dalam posisi menunggu komitmen dari tim gabungan untuk menuntaskan seluruh kasus teror ke KPK. Komitmen itu, kata dia, dapat terlihat apabila tim menyatakan akan mengungkap seluruh kasus teror ke KPK, bukan cuma terhadap dirinya.
“Setidaknya bila mereka menyampaikan komitmen untuk mengungkap semua serangan kepada orang-orang KPK, maka saya anggap mereka serius bekerja,” kata dia.
Wadah Pegawai KPK pernah mengungkap bahwa serangan air keras ke Novel masih berhubungan dengan teror kepada pegawai KPK lainnya, termasuk teror bom kepada dua pimpinan KPK, Agus Rahardjo dan Laode. “Teror ke pimpinan adalah satu kesatuan utuh ancaman terhadap pejabat dan pegawai KPK yang sampai saat ini tak terungkap,” katanya 9 Januari 2019.
Yudi melihat kesamaan pola serangan dapat dilihat dari jumlah pelaku. Teror ke rumah Agus dan Laode dilakukan oleh dua orang. Hal yang sama terjadi saat serangan terhadap Novel Baswedan pada 11 April 2017 dan teror bom palsu serta air keras ke rumah penyidik KPK Afief Yulian Miftach pada pertengahan 2015. Pelakunya sama-sama dua orang.
Selain itu, kemiripan tiga kasus itu, termasuk Novel Baswedan, juga nampak dari modus teror, yakni menggunakan bom palsu dan air keras. Rumah Afief di Jakamulya, Bekasi pernah disatroni dua orang tak dikenal yang kemudian meletakan bingkisan bom. Kap mobil Afief juga pernah disiram air keras. Hal itu sampai membuat kap mobilnya melepuh.
Editorial opsintb.com, 27 April 2019
Sumber : TEMPO.CO
Reporter: M Rosseno Aji
Editor: Ali Anwar
follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di twitter
Follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di Instagram
follow Instagram Kami