OPSINTB.com - Ketua Persatuan Olahraga Sepatu Roda Indonesia (Perserosi) NTB, H Dachlan A Bandu, mengklarifikasi tidak terpilihnya Nasya Alzena Leviani Putri (14) atlet sepatu roda Lombok Tengah mewakili NTB pada PON XXI Aceh-Sumut Desember mendatang.
Klarifikasi dilakukan setelah orangtua Alzena merasa keberatan atas tidak terpilihnya Alzena. Karena menurut pengakuan orangtua Alzena, dari catatan waktu pada babak kualifikasi (BK) PON Semarang, Alzena unggul atas Aurelia atlet yang ditunjuk Pengprov Perserosi NTB untuk mewakili NTB pada PON Aceh-Sumut.
Ia mengungkap, tidak terpilihnya Alzena mewakili NTB pada PON Aceh-Sumut Desember mendatang disebabkan ketidakmampuan Alzena menyelesaikan nomor 10 ribu meter beregu, karena hampir pingsan.
''Kalau dia (Alzena, red) tidak semaput (setengah pingsan), bisa jadi kita semua (atlet sepatu roda putri) masuk kuota PON,'' ungkap Dachlan saat dikonfirmasi via telepon, Selasa (9/1/2024).
Tak hanya itu, lanjutnya, pada babak sprint 500 meter putri berpasangan dengan Aurelia, Alzena terjatuh, sehingga menyebabkan Alzena tertinggal dengan jarak yang sangat jauh dari pesaingnya, yakni 8-10 meter.
Sehingga, dalam rapat Pengprov Perserosi pada 23 Desember 2023, ditetapkan bahwa atlet sepatu roda yang paling layak membawa nama NTB pada PON Aceh-Sumut Desember mendatang ialah Aurel.
''Bahwa yang paling layak, karena dia tidak pernah semaput, tidak pernah pingsan itu adalah Aurel. Itu keputusan rapat pleno Pengprov Perserosi di KONI,'' imbuhnya.
Lanjut Dachlan, terkait surat protes yang dilayangkan orangtua Alzena ke Perserosi NTB, ia meminta sebaiknya surat tersebut dilayangkan langsung ke Pengcab, sesuai permintaan Ketua Pengcab Perserosi Lombok Tengah.
''Untuk lebih jelasnya dilayangkan ke Pengcab Lombok Tengah. Dia yang mengahdiri acara (penentuan nama atlet, red),'' imbuhnya.
Dijelaskan, sesuai regulasi Pengprov Perserosi NTB, yang berhak mewakili NTB dari cabang olahraga sepatu roda ditentukan berdasarkan perolehan medali saat babak kualifikasi PON. Sedangkan, yang dipermasalahkan orangtua atlet Alzena menurut Dachlan ialah berdasarkan perolehan poin.
''Itu dihitung poin, bukan medali. Kalau poin menentukan peringkat internal klub. Kalau Pengprov kan menghitung medalinya. Dua atlet ini kan sama-sama meraih 1 perak dan 1 perunggu di beregu, bukan perorangan. Sehingga, yang di 10 ribu meter itu kita gagal meraih emas karena dia (Alzena, red) tidak kuat, mau pingsan. Jadi sesuai regulasi di Perserosi, kalau ada yang mau pingsan boleh didorong/ditarik sampai masuk finish,'' terangnya. (wan)
follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di twitter
Follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di Instagram
follow Instagram Kami