Apakah dr Hasbi berani mundur? - OPSINTB.com | News References -->

20/07/24

Apakah dr Hasbi berani mundur?

Apakah dr Hasbi berani mundur?

 
Kasus raud soedjono selong

OPSINTB.com - Pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raden Soedjono Selong, membantah penyebab meninggalnya Khairul Wardi (7 tahun), warga Kembang Kerang, Kecamatan Aikmel akibat terlambat ditangani oleh dokter setempat lantaran belum membayar administrasi sebesar Rp1 juta.


Direktur RSUD Raden Soedjono Selong, dr HM Hasbi Santoso mengklaim, peristiwa tersebut tak ada hubungan dengan tidak membayarnya administrasi. Pihaknya, kata dia, tidak ada masalah prosedur semacam itu.


"Di prosedur kita tidak ada maslah pembayaran," kata pria yang karib disapa dr Hasbi itu, kepada awak media di kantornya, Sabtu siang (20/07/2024).


Pihaknya justru, imbuhnya, ingin mengetahui adanya asumsi yang mengatakan tidak dibayar, tak dilakukan CT-Scan. Semisal di balik dari sisi lain, ucapnya, pada pukul setengah lima mereka memiliki uang, maka tidak akan dilakukan hal CT-scan, sebab pasien dalam keadaan kejang.


"Di sini pelayanan kami tidak ada pelayanan yang katakanlah pasien ini orang mampu, orang kaya raya, dibayar dulu, tidak ada," tegasnya.


Di lansir dari, kicknews.today, kepada media tersebut dirinya siap mundur jika ada warga Lombok Timur, yang sakit tak punya biaya lalu tidak ditangani cepat di RSUD Raden Soedjono Selong ini.


"Tidak ada itu, saya siap mundur dari direktur apabila ada warga Lombok Timur yang sakit tidak punya biaya lalu tidak ditangani cepat di RSUD Soejono Selong ini. Kalau ada yang keritis atau dalam kondisi tidak sadar tidak boleh dibawa ke CT-Scan. Yang bersangkutan sudah sakit radang di bagian kepala tidak boleh dibawa ke CT-Scan," ucapnya dikutip dari kicknews.today.


Terpisah, Kepala Desa Kembang Kerang, Yahya Putra mengatakan, tak ingin memperpanjang lebar hal-hal semacam itu. Pihak rumah sakit, kata dia, harusnya legowo mengakui kesalahan.


"Ini alsan mereka membenarkan diri saja. Tinggal mereka bilang kami akan perbaiki, jangan lagi begini, ribet," ketusnya.


Dia khawatir, lanjutnya, masyarakat ditanya prihal yang dialami itu. Pasti, kata dia, akan polos menceritakan peristiwa itu.


Dirinya, hanya ingin tak ada lagi kejadian serupa yang menimpa warga nantinya. 


"Jangan membenarkan diri dengan hal-hal itu. Ayo kita sama-sama instrospeksi diri," ucapnya.


Terkait CT-scan justru berbeda antara pihak rumah sakit, dr Hasbi dengan keterangan Kades Kembang Kerang, Yahya Putra. 


Menurut dr Hasbi, tidak boleh dilakukan CT-scan karena anak dalam kondisi kejang. Sedangkan, Kades Kembang Kerang mengatakan, CT-Scan merupakan permintaan dari dokter yang menangani pasien tersebut, dengan catatan harus membayar uang administrasi sebesar Rp1 juta. Lantaran itu yang menyebabkan CT-scan tertunda, hingga nyawa Khairul Wardi melayang. (zaa)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 OPSINTB.com | News References | PT. Opsi Media Utama