Tak mau melihat semakin banyak nyawa melayang, massa aksi minta pecat Direktur RSUD Soedjono Selong - OPSINTB.com | News References -->

25/07/24

Tak mau melihat semakin banyak nyawa melayang, massa aksi minta pecat Direktur RSUD Soedjono Selong

Tak mau melihat semakin banyak nyawa melayang, massa aksi minta pecat Direktur RSUD Soedjono Selong

 
Demo rsud soedjono selong

OPSINTB.com - Meninggalnya Khaerul Wardi (7 tahun), asal Kembang Kerang, Kecamatan Aikmel, di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Raden Soedjono Selong masih jadi perbincangan publik. Pasalnya, keluarga yang bersangkutan diminta untuk mengeluarkan Rp1 juta baru akan dilakukan tindakan.


Peristiwa itu, mendapat reaksi dari sejumlah elemen mahasiswa yakni Aliansi Pemuda dan Aktivis (Alpa) dan Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Lombok Timur, dengan mendatangi kantor Bupati Lotim guna menyampaikan tuntutan, Kamis (25/07/2024).


Dalam tuntutan massa aksi, meminta agar Direktur RSUD Dr R Soedjono Selong mundur dari jabatannya. Mereka juga menuntut agar mengevaluasi kinerja semua jajaran rumah sakit sampai puskesmas.


Ketua Alpa Lombok Timur, Samsul Hadi mengatakan, jika kematian korban diduga akibat dari kelalaian pihak rumah sakit RSUD Dr Soedjono Selong yang tidak tanggap melayani pasien yang kondisinya darurat pada saat itu. Menurutnya, jika kondisi ini terus dipertontonkan oleh pihak rumah sakit, mereka khawatirkan akan terus merenggut nyawa masyarakat ke depannya.


"Apa kita harus maklumi terus kinerja rumah sakit, berapa nyawa lagi yang harus direnggut?,"tegasnya.


Lantaran itu, pihaknya meminta agar Pemda Lotim melakukan evaluasi terhadap jajaran RSUD Dr R Soedjono Selong dan semua puskesmas yang ada di Lombok Lombok Timur.


Masa aksi juga dengan tegas menuntut agar Direktur Rumah sakit umum daerah (RSUD) Dr R Soedjono Selong di berhentikan.  Sebab dinilai tidak mampu menghadirkan pelayanan yang memadai bagi masyarakat. 


"Copot direktur RSUD, Pj Bupati Lotim beranikah?," tantangnya.


Dia menilai, jika Dewan pengawas (Dewas) RSUD tidak bekerja dengan baik. Pasalnya dengan kondisi permasalahan pelayanan saat ini, ia menuding Dewas tidak mampu melakukan evaluasi dan memberikan keadilan bagi masyarakat lombok timur.


"Kenapa Dewas ini tidak bertindak, bubarkan saja," tegasnya.


Menanggapi masa aksi, Plt Sekda Lotim, H Hasni, menerangkan jika pihak rumah sakit sudah menangani pasien sesuai dengan SOP pelayanan. Mulai dari penanganan saat pasien sampai di rumah sakit hingga memberikan pertolongan medis lainnya.


Pihaknya membantah jika CT- scan tidak di lakukan lantaran tidak ada biaya. Pihaknya menyebut tindakan tersebut tidak di ambil lantaran pasien saat itu dalam kondisi kejang- kejang.


"Bukan begitu, CT- scannya sudah di siapkan tetapi tidak mungkin di lakukan dalam kondisi itu," terangnya.


Prihal pemberhentian  Direktur RSUD, Hasni, berdalih pihaknya tidak bisa di lakukan sebab pengangkatan pejabat tersebut melalui proses dan tahapan. Sehingga dalam tuntutan pemberhentian juga harus melalui mekanisme yang ada.

 

"Ada tahapan kesalahan yang harus di lakukan," sangkalnya.


Mendengar jawaban tersebut, masa aksi merasa tidak puas. Kemudian memutuskan diri untuk bubar dan mengancam akan melakukan aksi lebih besar lagi untuk mendesak pemerintah daerah melakukan tindakan atas dugaan kelalaian pihak RSUD Dr. Soejono Selong.


"Tidak ada jawaban yang betul- betul kami terima. Kami akan membawa bukti lebih valid lagi," tegasnya sembari membubarkan diri.


Sementara itu, Direktur RSUD dr Soejono Selong dr Hasbi Santoso belum memberikan keterangan terkait tuntutan tersebut. Kendati sudah di hubungi via ponsel namun belum ada tanggapan.


Sementara itu, salah seorang keluarga almarhum, kepada media mengaku diminta sejumlah uang  oleh pihak rumah sakit agar dapat dilakukan CT-Scan. Tapi dari perawat di RSUD menanyakan prihal apakah keluarganya membawa biaya.


"Bawa tidak ibu biaya Rp1 juta? Kata pihak rumah sakit itu," terangnya.


Uang itu, imbuhnya, untuk bayar  melakukannya Scan dan ada juga biaya lain. Karena masih banyak biaya harus di bayar.


"Sehingga kami bilang ke dia kami nunggu pamannya dulu, karena kita takut, sebab tidak ada uang kami," jelasnya.


Saat petugas mempertanyakan biaya itu dan meminta keluarga Khaerul Wardi untuk mufakat. Di mengatakan, masalah biaya itu serta saat itu lagi membacakan surat yasin, keluarganya melihat petugas itu ketawa-ketawa.


"Petugas itu ketawa-ketawa disaat minta biaya dan dia suruh kita mufakat sama keluarga, saat itu kita dalam keadaan lagi membacakan surat Yasin untuk Khaerul Wardi," pungkasnya. (zaa)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 OPSINTB.com | News References | PT. Opsi Media Utama