OPSINTB.com - Adanya persoalan program makanan bergizi gratis (MBG), bukan isapan jempol belaka. Mulai dari cita rasa yang dikeluhkan penerima, juga diduga dapur umum yang tak sesuai standar operasional prosedur (SOP).
Kendati baru uji coba, setidaknya ada SOP yang dipatuhi yakni, kewajiban mengganti pakaian, mengenakan tutup kepala, dan masker.
Selanjutnya, sistem pengelolaan limbah yang baik serta pengawasan ketat terhadap kualitas gizi dan kelancaran distribusi makanan.
Tiga SOP itu, harus dipenuhi agar makanan yang disajikan ke siswa tetap hegienis.
Di Kabupaten Lombok Timur, pantaun opsintb.com, sebagian dari mereka abai akan hal tersebut. Semisal, saat mereka tengah mengupas untuk bahan untuk lauk, juru masak di dapur tak menggunakan sarung tangan.
Salah seorang jurnalis menangkap peristiwa tersebut. Namun oleh Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Unit Pelayanan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Kecamatan Sakra, Agamawan Salam, menghapus video tersebut.
Sontak, hal itu menyulut kemarahan banyak insan pers lantaran perlakuan tersebut.
"Ia jadi kemrin Sila berkunjung ke dapur Makan Bergizi Gratis di Rumbuk Timur, pas lagi ngambil gambar tiba-tiba oleh penanggung jawab," tutur Baiq Silawati, yang merupakan wartawan di LPP Selaparang TV, Rabu (15/01/2025).
Setelah itu, kata dia, diajak masuk ke salah satu ruangan. Oleh penanggung jawab menjelaskan, tidak boleh diliput dengan alasan mereka masih belum siap, karena kondisi karyawan tak memakai alat perlindung diri (APD).
"Jadi gambarnya dihapus dan Sila udh berusaha buat mempertahankan gambar yang diambil, tapi tetap tidak bisa," ujarnya.
Sementara itu, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), Agamawan Salam menyebut, peristiwa itu hanya miskomunikasi.
Dia menceritakan, saat itu dirinya tengah di dalam ruangan. Dia mendapat informasi jika ada wartawan mengambil gambar di dapur.
"Jadi sudah saya sampaikan, rekan-rekan wartawan lainnya saat di SMK jadi SOP dan arahan pimpinan bahwa di dapur belum bisa untuk diliput," kata pria yang karib disapa Wawan ini.
Dia menegaskan, belum boleh ada media yang meliput di dalam dapur. Karena disebutnya SOP-nya memang seperti itu.
Sebab, kata dia, dapur tersebut satu-satunya yang sudah runing. Karena itu bahan percobaan untuk 3.275 penerima manfaat.
Menurutnya, wartawan tak ada konfirmasi ke pihaknya untuk melakukan pengambilan gambar. "Namun tiba-tiba langsung masuk mengambil foto dan video," ujarnya.
Kendati demikian ia mengakui dirinya yang menghapus video tersebut.
Meski dari pihak wartawan sudah mengatakan tidak akan mengirim video tersebut. Sebab, dirinya takut informasi itu sampai ke Badan Gizi Nasional (BGN).
Dia beralibi, waktu itu jam istirahat, dan siapa pun yang bakal masuk ke dapur harus menggunakan APD.
"Kami takut informasi ini sampai ke BGN, ini jadi pelanggaran," ucapnya.
Sementara itu, Pimpinan Redaksi LPP Selaparang TV, Rahman Firdaus mengatakan, dirinya telah berkali-kali menghubungi yang bersangkutan, namun tak ada jawaban. Dia mengatakan, kawan-kawan di lapangan banyak menemukan hal-hal kecil, kendati dirinya tak menyebutkan apa yang dimaksud.
Lantaran itu, menurutnya, baik mungkin melihat langsung proses persiapan makanan.
"Makanya saya perintahkan reporter saya untuk melihat langsung bagaimana prosesnya, kita sesuaikan dengan kondisi lapangan," kata pria yang karib disapa Daus ini.
Menurutnya, lantaran ini program nasional, semua pihak menginginkan yang terbaik. Dirinya mengaku, sebagai Pimred keberatan akan hal tersebut.
"Nantilah kita diskusikan di organisasi agar ini tidak terulang, karena kesuksesan makan bergizi gratis ini kepentingan nasional," pungkasnya. (kin)
follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di twitter
Follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di Instagram
follow Instagram Kami