OPSINTB.com - Siswa SMKN 1 Kopang, Kecamatan Kopang, Lombok Tengah jurusan Broadcast dan Ferfilman berhasil membuat sejarah setelah berhasil memproduksi film berjudul 'Kembang Eleh'. Film berdurasi 18 menit tersebut berhasil menarik animo masyarakat dan diputar di tiga layar sekaligus di CGV Transmart Mataram Sabtu akhir pekan kemarin.
Hal ini menjadi momen bersejarah bagi industri film lokal di NTB. Sekaligus menjadi apresiasi terhadap sineas muda daerah. Diperkirakan sekitar 300 penonton hadir dalam pemutaran film tersebut. Antusiasme tinggi ini menunjukkan bahwa film lokal memiliki daya tarik kuat dan mampu bersaing di industri hiburan.
Kepala Jurusan Broadcast dan Ferfilman SMKN 1 Kopang, Saipul Hamdi menuturkan, awalnya ia pesimis dengan jurusan Broadcast dan Ferfilman ini akan menarik minat siswa. Sebab, dari tahun ke tahun peminat jurusan ini terus menurun. Pada angkatan kedua saja, jumlah pendaftar hanya 13 orang.
''Karena tahun kemarin, kami pesimis dengan jurusan Ferfilman. Saya coba cari link teman pegiat film; susah juga mau promosikan seperti apa,'' tutur pria yang akrab dipanggil Evhen ini, Senin (17/2/2025).
Lanjutnya, rasa pesimis akan minat siswa terhadap jurusan ini membuat pihak sekolah terus berbenah. Bahkan, rencananya tahun depan jurusan ini tidak akan dibuka lagi. Pihak sekolah pun menekankan agar jurusan Ferfilman ini harus dapat menghasilkan karya.
''Ada jalan di SMK PK kemarin, kami ada program guru tamu dan ditekan juga sama kepala sekolah untuk harus ada produk,'' imbuhnya.
Adapun film 'Kembang Eleh' digarap selama tiga bulan lebih. Dalam proses penayangannya, pihak sekolah awalnya sempat pesimis; apakah akan diminati masyarakat atau tidak.
''Tapi ternyata antusias masyarakat setelah di studio yang ditunggu film Kembang Eleh,'' kata pria asal Desa Durian, Kecamatan Janapria tersebut.
Film Kembang Eleh sendiri bercerita tentang pernikahan dini. 'Eleh' dalam bahasa Indonesia yang berarti hanyut. Hanyutnya cita-cita karena pernikahan dini. Berharap nasibnya akan berubah setelah menikah, ternyata tidak sesuai dengan harapan.
Tokoh utama pria, Rusdi saat masih duduk di bangku kelas 2 SMA sangat takut kehilangan pacarnya, yakni tokoh utama wanita, Inayah akan diambil orang lain. Sehingga, Rusdi mengajak Inayah menikah. Berselang lama, konflik pun terjadi. Sebagaimana konflik dalam rumah tangga pada umumnya, terkait masalah ekonomi, anak, dll. Dalam konflik tersebut muncul rasa penyesalan menikah dini.
''Cita-citanya yang masih sekolah terbuang, hilang, dan musnah setelah menikah,'' ujar Evhen.
Produksi film Kembang Eleh sendiri dilakukan di lingkungan sekolah dan di Desa Persiapan Peseng, Kecamatan Kopang. Tokoh-tokoh dalam film tersebut merupakan siswa-siswi dan guru SMKN 1 Kopang sendiri.
Adapun dalam menentukan tokoh utama, pihaknya melakukan casting terlebih dahulu. Evhen mengungkap, tidak ada kendala dalam proses syuting dan produksi film Kembang Eleh. Dari segi naskah, ia mencontohkan, pihaknya dibantu guru prodi Bahasa Indonesia. Pun dengan para pemeran saat syuting, naskah mengalir begitu saja. Hanya saja, jurusan Broadcast dan Ferfilman SMKN 1 Kopang sendiri saat ini masih kekurangan alat sebagai penunjang utama jurusan tersebut, seperti kamera dll. (wan)
follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di twitter
Follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di Instagram
follow Instagram Kami