Foto: Tanjung Beloam Sekaroh. (Edmon)
OPSINTB.com - Ekonomi pariwisata menjadi sub tema dialog mengawali tahun 2025, yang digelar melalui kolaboratif tim yakni KNPI, BPBD, dan Formabes.
Pemilihan teman ini terbilang tepat. Sebab, pengelolaa pariwisata masih menjadi pekerjaan rumah. Tak hanya di Lombok Timur, namun Lombok secara umum.
Ketua BPPD Lotim yang bertindak langsung sebagai moderator dalam kegiatan tersebut, Yogi Birrul Walid Sugandi mengatakan, tata kelola pariwisata dianggap belum ideal. Tidak hanya di Lombok Timur tapi di Lombok secara umum.
Semisal kata dia, tata kelola hotel, transportasi, destinasi, bidang kawasan baik pesisir, pegunungan muapun pedesaan.
Desa wisata misalnya, belum memiliki Perdes tentang master plan wisata, baik jangka pendek dan jangka panjang.
"Ternyata kita tidak memiliki dokumen itu bukan hanya di Lombok Timur tapi juga di Lombok," paparnya.
Catatan selanjutnya ialah soal sistem koordinasi. Seperti di kawasan pesisir terutama yang menyangkut perairan di tengah laut yang merupakan otoritas Pemprov.
Begitu juga dengan hutan itu otoritas KPH Rinjani Timur, pemerintah pusat melalui Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Sedang kabupaten disebutnya tak memiliki MoU mengenai sistem kerjsama yang berbasis struktural.
Dia mencontohkannya seperti di Pantai Pink, Jerowaru. Pintu masuk ke lokasi itu ialah hutan Sekaroh yang merupakan wewenang Pemprov, tapi aktivitas di dalamnya warga Lombok Timur.
"Ketika terjadi komplain oleh wisatawan atau investor yang akan membangun fasilitas berkahir pada misleading komunikasi," paparnya.
Penjabat Bupati Lombok Timur, H Muhmmad Juiini Taofik, yang hadir dalam acara itu membeberkan adanya peningkatan kunjungan wisata di Gumi Patuh Karya. Pada tahun 2023 lalu angka kunjungan di Lotim 53 ribu, tahun 2024 sebanyak 94 ribu.
Dia mengakui kunjungan itu tak terasa. Tapi, masyarakat Lombok Timur pasti merasakan perputaran itu.
Andai pun satu banding dua dengan Lombok Barat atau Lombok Tengah, tapi impactnya pasti lebih besar di Lotim.
"Karena investor pariwisata kita di Lombok Timur ini banyak dari UMKM. Dia pemodalnya, pemiliknya, sampai managernya," kata Ofik.
Lain halnya dengan hotel yang disebutnya donaturnya atau pengelolanya lebih banyak dari luar.
"Jadi istilah saya pariwisatanya seperti mata air, harus kita jaga dan kita harus punya kesamaan prioritas," katanya.
Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Lombok Timur, Farouk Bawazir mengatakan, Lotim disebutnya memiliki potensi yang sangat luar biasa. Cuma dirinya melihat Lotim betul-betul dibutuhkan untuk introvert.
"Kalau mau nyante, tenang, tidak diganggu siapa-siapa ya sudah ke Lombok Timur saja main," kata politisi partai PPP ini.
Menurutnya, hal-hal semacam itu perlu branding yang kuat. Dalam artian setidaknya walaupun Lotim sekarang dikenal sebagai tempat yang nyaman, tapi juga memiliki potensi yang ditawarkan.
Lotim, kata dia, simpel namun brilian. Namun untuk bisa semacam itu faktor-faktor seperti infrastruktur, tingkat keamanan, penunjang pariwsiata juga harus diperhatikan.
Selama lima atau enam tahun belakangan ini, kata dia, tidak ada brand besar masuk ke Lotim.
Pariwisata harus bisa ditata dengan baik sehingga aspek-aspek penataan ruang lingkup baik di desa wisata maupun non pariwisata bisa terpenuhi dengan baik.
"Kita tahu kan kadang-kadang pariwisata itu tourism is so fun. Tapi jika tourism is not so fun tidak akan bakalan ramai," kata dia.
Tapi kadang-kadang, bebernya, kalau tidak ditata dengan sistem penataan ruang yang baik di daerah tentu akan menganggu juga.
"Contohnya mau bangun cafe, maka harus bisa berdampingan dengan lingkungan," pungkasnya. (kin)
follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di twitter
Follow OPSINTB.com | News References dan dapatkan update informasi kami di Instagram
follow Instagram Kami