Pesona magis Limbungan terhalang infrastruktur - OPSINTB.com | News References -->

13/02/25

Pesona magis Limbungan terhalang infrastruktur

Pesona magis Limbungan terhalang infrastruktur

 
Pesona magis Limbungan terhalang infrastruktur

OPSINTB.com - Kemarin, Rabu Februari 2025, cuaca masih kurang bersahabat. Langit masih mendung, angin besar masih kencang.


Disepanjang perjalanan, bekas-bekas air dak tersisa di aspal. Sedang ranting-ranting pohon patah ditingkahi angin.


Ramalan BMKG, cuaca ekstrim semacam ini bakal berlangsung hingga akhir Februari.


Di tengah himbauan untuk beraktifitas dengan hati-hati. Rasa penasaran untuk menjajaki lagi Rumah Adat Limbungan tak surut.


Keberadaan Rumah Adat Limbungan, tak lepas dari peperangan yang terjadi di masa lampau di Pringgabaya.


Limbungan, awalnya merupakan tempat tinggal para nenek moyang masyarakat Limbungan, setelah mengungsi akibat serangan musuh (mensiat). Hingga setelah sekian lama mengungsi ke Pringgabaya, dan setelah aman kembali dan membentuk pemukiman hingga kini, yang diabadikan sebagai rumah adat Limbungan.


Untuk sampai di rumah adat Limbungan yang terletak di Desa Perigi, Kecamatan Suwela ini, pengunjung harus melalui jalan menanjak. Karena lokasinya berada di sekitar 750 meter di atas permukaan laut.


Daei Kota Selong, untuk bisa sampai ke rumah adat Limbungan, harus menempuh jarak minmal 1 jam.


Saat memasuki Desa Perigi, pengunjung akan disuguhkan dengan indahnya alam dan laut selat Alas. Terutama saat cuaca cerah.


Perjalanan menuju desa adat Limbungan memang tak pernah rugi. Mata akan dimanjakan dengan view pulau-pulau kecil di sepanjang laut, lalu kapal penyeberangan ke Sumabwa, serta deretan pulau di Sumbawa.


Di sebelah utara juga tak kalah eksotis. Hijaunya pegunungan membuat mata semakin segar.


Sesampainya di lokasi, jejeran runah adat serta keramahan warga menambah tentram hati dan fikiran. Menyelusurinya bagaikan berjalan di labirin, sebab bangunan rumah yang tertata rapi.


Masing-masing blok terdapat tujuh sampai 11 rumah adat beratapkan ilalang dan berpagar bedek, serta berlantaikan tanah yang dicampur dengan kotoran sapi, serta getah pohon kayu ini.


Rumah adat terletak di dua tempat yakni Limbungan Barat dan Limbungan Timur. Yang luasnya mencapai 4 hektar.


Di Limbungan Barat, terdapat 74 rumah adat, sedangkan Limbungan Timur 37 rumah. 


Tak heran dengan beragam keindahan yang ditawarkan tetmasuk, dengan traidisi setempat membuatnya memilki tempat tersendiri di hati wisatawan. 


Buktinya tak hanya wisatawan lokal yang berkunjung, tapi juga mancanegara. Pesona Limbungan dapat terbilang akan bertahan lama.


Lantaran itu, tempat ini harus benar-benar di jaga dan di benahi oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Timur, maupun Pempeiv NTB atau bahkan pemrintah pusat.


Salah satu yang perlu diperhatikan ialah akses jalan.


"Untuk mengunjugi wisata rumah adat Limbungan ini harus adanya perhatian dari Pemerintah daerah agar parawisatawan bayak yang tertarik untuk berkunjung," ucap Kepala Desa Perigi, Darmawan, dietmui kemarin.


Dukungan inprastruktur sperti akses jalan ini kata dia, harus di perhatikan oleh dinas terkait khusunya Dinas Pariwisata. 


Sebab selama ini hal itu menjadi kendala. Sehingga wisatawan enggan datang.


"Bagaimanapun keberadaan wisata budaya Limbungan kalau tidak didukung dengan infrastruktur yang memadai, sehingga itu dampak kurangnya kunjungan dari wisatawan," katanya


Pemdes diaebutnya sudah melakukan pembenahan infrastruktur. Tapi itu dilakuan hanya di dalam kawasan rumah adat saja.


Itu pun lanjutnya, masih memliki kendala. Sebab bahan atap yang berupa ilalang sulit didapati, di lain sisi harganya yang cukup mahal.


"Itu yang menjadi kendala masyarakat kita pemeliharaan rumah ada tersebut, dan kalau bisa Dinas Pariwisata, untuk renovasi rumah adat ini, sekali 3 tahun dianggarkan untuk renovasi," inginnya


Darmawan mengatakan, rumah adat ini tetap akan dipertahankan. Dengan menguatkan awik-awik yang ada dan memohon dukungan infrastruktur dari dinas pariwisata, Pemerintah Kabupaten maupun Pemerintah Provinsi.


"Terutama infrastruktur dari jalur utama sepanjang delam kilo, kalau tidak di pelebar jalannya itu yang menjadi masalah, kalau itu sudah besar saya yakin wisatawan semakin bayak yang berdatangan,"akuinya


Selanjutnya, di lokasi ini dibutuhkan adanya rest area. Hal itu disebutnya masih menjadi pekerjaan rumah yang harus ditentaskan.


"Kami dari pemerintah desa sudah sebenarnya sudah menyiapkan lahan sekitar 90 are untuk bisa di jadikan resarea tersebut," terangnya


Sementara itu, di rumah ada ini bayak sekali yang menjadi daya tarik untuk di kunjungi, seperti kegiatan-kegiatan adat itu sering di lakukan di tempat tersebut.


"Ini satu-satunya rumah adat kita yang perlu kita gaungkan, pelihara dan jaga bersama," tutupnya. (zaa)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 OPSINTB.com | News References | PT. Opsi Media Utama