Budaya

23/03/25

Tradisi Maleman pengingat turunnya Al Quran pada bulan Ramadhan

 
Tradisi Maleman pengingat turunnya Al Quran pada bulan Ramadhan

OPSINTB.com - Petemalian agama dan budaya selalu seja melahirkan nilai luhur. Menjadikannya pelaksanaan yang syarat nilai. Salah satunya ialah tradisi Maleman. Yang dilaksanakan di malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir.


Pelaksanaan tradisi Maleman di Gumi Lombok, terbilang merata di semua desa, tak terkecuali di Desa Songak.


Kepala Bidang Pencatatan Nilai Budaya dan Pemeliharaan Peninggalan Cagar Budaya di Lembaga Adat Darmajagat , Saepul Hakkul Yakin mengatakan, tradisi Maleman, lahir sebagai pengingat turunnya Al Quran pada bulan Ramadhan. Malam-malam ganjil, diyakini waktu turunnya Lailatul Qadar.


"Tradisi Maleman merupakan perpaduan antara nilai adat dan nilai agama Islam," kata pria yang karib disapa Epol ini, Sabtu malam (22/03/2025).


Kendati demikian, kata dia, pelaksanaan tradisi ini dengan berbeda-beda. Ada yang pelaksanaannya hanya satu malam ganjil, didapati juga digelar setiap malam ganjil tiba.


Di Songak sendiri terangnya, dilaksanakan setiap malam ganjil tiba yakni malam 21, 23, 25, 27, dan 29.


Pelaksanaan tradisi ini pun berdasarkan hadist Rasulullah yang mengatakan, Al Quran diturunkan di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.


Menurut penuturan orang tua setempat, Quran turun sebagai cahaya penerang saat manusia dalam keadaan dzulumat atau hidup dalam kegelapan.


Dalam surat Al Baqaroh ayat 185, kata dia, tertulis jelas Quran diturunkan sebagai petunjuk bagi umat manusia. Di ayat lain mengatakan, Al Quran adalah cahaya seperti di surah Al Maidah, An Nisa, At Thagabun, dan Al A'raf.


"Itu dasarnya diperingati dengan menyalakan lampu," ucapnya.


Cahaya itulah yang kemudian terwujud kedalam tradisi tersebut. Yakni berupa penerang saat hari baru mulai gelap.


Pelaksanaan tradisi satu ini, dilakukan setelah berbuka puasa. Di tiap-tiap rumah pada saat pelaksanaan tradisi ini mematikan lampunya, lalu diganti dengan Dila Maleman yang ditaruh di tiap rumah hingga pekarangan.


"Mereka boleh menyalakan lampu setelah Dila Maleman ini mati dengan sendiri," ucapnya.


Dila maleman atau di desa lain disebut dengan dila jojor ini terbuat dari kapas yang dicampur dengan buah Jarak. Itu mengapa, lampu ini memiliki bau yang khas. 


Pelaksanaan tradisi ini tentu ada pergeseran. Menurut tetua di Songak, dulunya pelaksanaan tradisi ini ditandai dengan pemukulan beduk di masjid.


Sembari kiyai berdoa, masyarakat pun mulai menyalakan lampu tradisional tersebut dan ditaruh di sudut rumah dan pekarangan.


Sembari masyarakat, yang mendengarkan doa berucap, Amiin. 


Pergeserannya ialah saat ini, masyarakat tak perlu lagi menunggu beduk. Tapi, penandanya adalah doa yang dibacakan melalui masjid.


"Bahkan ada juga sebagian masyarakat pergi ke kuburan keluarganya untuk menyalakan lampu ini," terangnya.


Hingga kini, kata dia, masyarakat masih menggelar kegiatan ini. Warga juga membawa dulang ke masjid sebagai bekal buka puasa.


Sebagai generasi muda, kata dia, ia berharap tradisi-tradisi semacam ini terus dilestarikan. Tak hanya sebagai pengingat cahaya Quran, namun sebagai identitas masyarakat.


"Saya berharap, ini bisa terus berjalan, sebagai pengingat kita bahwa Quran turun sebagai cahaya penerang bagi umat manusia," pungkasnya. (zaa)

16/02/25

Temui Fadli Zon, Lalu Iqbal usul pembentukan Balai Pelestarian Budaya NTB

 
Temui Fadli Zon, Lalu Iqbal usul pembentukan Balai Pelestarian Budaya NTB

Foto: Menteri Kebudayaan Indonesia Fadli Zon menerima silaturahim dari Gubernur NTB Terpilih Dr H Lalu Muhamad Iqbal beberapa waktu lalu. 


OPSINTB.com - Provinsi NTB memiliki kekayaan seni dan budaya. Hal ini menjadi penyampaian Gubernur NTB Terpilih Dr H Lalu Muhamad Iqbal (LMI) saat bertemu Menteri Kebudayaan Indonesia Fadli Zon. 


"Saya menyampaikan harapan untuk memiliki Balai Pelestarian Budaya sendiri yang membawahi NTB dengan 3 simpul budaya utamanya yaitu Sasak, Samawa dan Mbojo. Puluhan tahun NTB berada di bawah Balai Pelestarian  Budaya yang ada di Bali," katanya melalui rilisnya, Minggu (16/2).


Pertemuan LMI dan Fadli Zon ini dilakukan disela-sela rapimnas Partai Gerindra, Jumat (14/2) di Fadli Zon Library, Jakarta. Pertemuan keduanya berjalan akrab. Dalam kesempatan ini, LMI menyampaikan beragam aspirasi dari budayawan Provinsi NTB. 

 

"Ini adalah amanah dari banyak budayawan yang saya temui selama saya kampanye. Pak Menteri mendukung gagasan ini karena beliau sangat paham kekayaan budaya di NTB," sambungnya.


Hal lain, kata LMI, ia juga membahas rencana pengembangan dan diversifikasi museum di Provinsi NTB. Termasuk rencana adanya museum yang khusus menyajikan soal gunung berapi. 


"Ada rencana membangun museum Gunung Samalas, keris, dan lontar," ucapnya. 


Lebih jauh, LMI juga membahas untuk membuat bersama-sama event-event budaya tradisional maupun kontemporer, baik skala nasional maupun internasional.


"Supaya ikut mengisi konsep pariwisata MICE (meeting, incentive, convention and events) yang akan dikembangkan pemerintah Provinsi NTB," ucapnya. 


Fadli Zon pun menangkap keinginan LMI untuk mendirikan Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) di NTB sebagai center of excellence (pusat) pengembangan budaya.


"Keberadaan kampus ini akan menopang budaya Sasambo (Sasak, Samawa, Mbojo)," ucap Fadli Zon. 


Sejumlah budayawan sebelumnya memang menyampaikan keinginan hadirnya kampus yang khusus untuk menjadi tempat belajar anak-anak NTB mengenai seni dan budaya. Provinsi NTB sampai saat ini memang belum memiliki tempat pendidikan maupun jurusan yang khusus memetakan potensi budaya dan seni dari Suku Sasak, Samawa, dan Mbojo. (red)

14/02/25

Pemkab Loteng siapkan strategi tangani sampah event Bau Nyale

 
Bau nyale 2025

OPSINTB.com - Volume sampah pra dan pasca event Bau Nyale di lokasi wisata selalu menjadi permasalahan. Untuk mengatasi hal itu, Pemkab Loteng mengambil langkah tegas dengan mengerahkan seluruh ASN untuk gotong royong membersihkan sampah di lokasi wisata Pantai Seger, Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Jumat (14/2/2025).


''Langkah strategis untuk memastikan kebersihan kawasan wisata sebelum maupun setelah festival budaya tahunan ini adalah dengan mengerahkan seluruh ASN Pemkab Loteng untuk gotong royong,'' kata Asisten II Setda Loteng, H Lendek Jayadi dalam Rapat Strategi Penanganan Sampah Pasca Perayaan Bau Nyale di Rupatama 1 kantor bupati setempat yang digelar Kamis kemarin.


Begitupun pasca Bau Nyale, kata dia, akan dilakukan beach clean up yang akan melibatkan berbagai pihak, termasuk ITDC, OPD, pelaku usaha, dan Pokdarwis setempat.


''Langkah ini diharapkan mampu menjaga kebersihan kawasan pantai yang menjadi destinasi utama wisatawan,'' ujarnya.


Selain itu, untuk mendukung kebersihan kawasan wisata, pemkab juga akan menempatkan dua truk kontainer sampah di Pantai Seger guna memudahkan pengelolaan limbah pasca event.


Di sisi lain, Satpol PP dan MC acara Bau Nyale diminta aktif memberikan himbauan kepada masyarakat agar tetap menjaga kebersihan selama event berlangsung.


Dengan langkah ini diharapkan kawasan wisata Loteng tetap bersih dan nyaman bagi wisatawan, sekaligus sebagai upaya menciptakan budaya sadar lingkungan di tengah masyarakat.


''Kami ingin memastikan bahwa Bau Nyale tidak hanya menjadi perayaan budaya yang meriah, tetapi juga tetap menjaga kelestarian lingkungan. Kebersihan kawasan wisata harus menjadi prioritas bersama,'' pungkas Lendek Jayadi. (wan)

13/02/25

Pesona magis Limbungan terhalang infrastruktur

 
Pesona magis Limbungan terhalang infrastruktur

OPSINTB.com - Kemarin, Rabu Februari 2025, cuaca masih kurang bersahabat. Langit masih mendung, angin besar masih kencang.


Disepanjang perjalanan, bekas-bekas air dak tersisa di aspal. Sedang ranting-ranting pohon patah ditingkahi angin.


Ramalan BMKG, cuaca ekstrim semacam ini bakal berlangsung hingga akhir Februari.


Di tengah himbauan untuk beraktifitas dengan hati-hati. Rasa penasaran untuk menjajaki lagi Rumah Adat Limbungan tak surut.


Keberadaan Rumah Adat Limbungan, tak lepas dari peperangan yang terjadi di masa lampau di Pringgabaya.


Limbungan, awalnya merupakan tempat tinggal para nenek moyang masyarakat Limbungan, setelah mengungsi akibat serangan musuh (mensiat). Hingga setelah sekian lama mengungsi ke Pringgabaya, dan setelah aman kembali dan membentuk pemukiman hingga kini, yang diabadikan sebagai rumah adat Limbungan.


Untuk sampai di rumah adat Limbungan yang terletak di Desa Perigi, Kecamatan Suwela ini, pengunjung harus melalui jalan menanjak. Karena lokasinya berada di sekitar 750 meter di atas permukaan laut.


Daei Kota Selong, untuk bisa sampai ke rumah adat Limbungan, harus menempuh jarak minmal 1 jam.


Saat memasuki Desa Perigi, pengunjung akan disuguhkan dengan indahnya alam dan laut selat Alas. Terutama saat cuaca cerah.


Perjalanan menuju desa adat Limbungan memang tak pernah rugi. Mata akan dimanjakan dengan view pulau-pulau kecil di sepanjang laut, lalu kapal penyeberangan ke Sumabwa, serta deretan pulau di Sumbawa.


Di sebelah utara juga tak kalah eksotis. Hijaunya pegunungan membuat mata semakin segar.


Sesampainya di lokasi, jejeran runah adat serta keramahan warga menambah tentram hati dan fikiran. Menyelusurinya bagaikan berjalan di labirin, sebab bangunan rumah yang tertata rapi.


Masing-masing blok terdapat tujuh sampai 11 rumah adat beratapkan ilalang dan berpagar bedek, serta berlantaikan tanah yang dicampur dengan kotoran sapi, serta getah pohon kayu ini.


Rumah adat terletak di dua tempat yakni Limbungan Barat dan Limbungan Timur. Yang luasnya mencapai 4 hektar.


Di Limbungan Barat, terdapat 74 rumah adat, sedangkan Limbungan Timur 37 rumah. 


Tak heran dengan beragam keindahan yang ditawarkan tetmasuk, dengan traidisi setempat membuatnya memilki tempat tersendiri di hati wisatawan. 


Buktinya tak hanya wisatawan lokal yang berkunjung, tapi juga mancanegara. Pesona Limbungan dapat terbilang akan bertahan lama.


Lantaran itu, tempat ini harus benar-benar di jaga dan di benahi oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Timur, maupun Pempeiv NTB atau bahkan pemrintah pusat.


Salah satu yang perlu diperhatikan ialah akses jalan.


"Untuk mengunjugi wisata rumah adat Limbungan ini harus adanya perhatian dari Pemerintah daerah agar parawisatawan bayak yang tertarik untuk berkunjung," ucap Kepala Desa Perigi, Darmawan, dietmui kemarin.


Dukungan inprastruktur sperti akses jalan ini kata dia, harus di perhatikan oleh dinas terkait khusunya Dinas Pariwisata. 


Sebab selama ini hal itu menjadi kendala. Sehingga wisatawan enggan datang.


"Bagaimanapun keberadaan wisata budaya Limbungan kalau tidak didukung dengan infrastruktur yang memadai, sehingga itu dampak kurangnya kunjungan dari wisatawan," katanya


Pemdes diaebutnya sudah melakukan pembenahan infrastruktur. Tapi itu dilakuan hanya di dalam kawasan rumah adat saja.


Itu pun lanjutnya, masih memliki kendala. Sebab bahan atap yang berupa ilalang sulit didapati, di lain sisi harganya yang cukup mahal.


"Itu yang menjadi kendala masyarakat kita pemeliharaan rumah ada tersebut, dan kalau bisa Dinas Pariwisata, untuk renovasi rumah adat ini, sekali 3 tahun dianggarkan untuk renovasi," inginnya


Darmawan mengatakan, rumah adat ini tetap akan dipertahankan. Dengan menguatkan awik-awik yang ada dan memohon dukungan infrastruktur dari dinas pariwisata, Pemerintah Kabupaten maupun Pemerintah Provinsi.


"Terutama infrastruktur dari jalur utama sepanjang delam kilo, kalau tidak di pelebar jalannya itu yang menjadi masalah, kalau itu sudah besar saya yakin wisatawan semakin bayak yang berdatangan,"akuinya


Selanjutnya, di lokasi ini dibutuhkan adanya rest area. Hal itu disebutnya masih menjadi pekerjaan rumah yang harus ditentaskan.


"Kami dari pemerintah desa sudah sebenarnya sudah menyiapkan lahan sekitar 90 are untuk bisa di jadikan resarea tersebut," terangnya


Sementara itu, di rumah ada ini bayak sekali yang menjadi daya tarik untuk di kunjungi, seperti kegiatan-kegiatan adat itu sering di lakukan di tempat tersebut.


"Ini satu-satunya rumah adat kita yang perlu kita gaungkan, pelihara dan jaga bersama," tutupnya. (zaa)

11/02/25

Festival pesona bau nyale 2025: merayakan keindahan budaya Loteng

 
Bau nyale 2025

OPSINTB.com - Pemkab Lombok Tengah (Loteng) melalui Dinas Pariwisata (Dispar) telah merilis timeline Festival Pesona Bau Nyale 2025 hari ini, Selasa, 11 Februari 2025. Timeline ini diharapkan dapat menjadi panduan para wisatawan yang ingin mengikuti rangkaian Festival Pesona Bau Nyale.


Seperti diketahui, Loteng kembali menjadi pusat perhatian dengan diselenggarakannya Festival Pesona Bau Nyale 2025, sebuah perayaan budaya tahunan yang selalu dinanti-nantikan. 


''Kami mengingatkan kembali bahwa festival ini akan berlangsung dari tanggal 14-18 Februari 2025 di dua lokasi ikonik Mandalika, yaitu Pantai Kuta Mandalika dan Pantai Seger Mandalika, Kecamatan Pujut, Loteng,'' ujar Kadispar Loteng, Lalu Sungkul, Selasa (11/2/2025). 


Ia menjelaskan, adapun timeline festival ini akan dimulai dengan peresean, sebuah seni tradisional perlawanan menggunakan rotan, yang diadakan pada 14-16 Februari 2025 di Pantai Kuta Mandalika. 


Kemudian pada 17 Februari 2025, masyarakat dapat menikmati Karnaval Siyu (See You Princess) yang menampilkan kisah Putri Mandalika, lengkap dengan keindahan kostum budaya dan parade megah.


Selanjutnya acara puncak yang dinantikan adalah Malam Puncak Festival Bau Nyale, yang akan digelar di Pantai Seger Mandalika pada 18 Februari 2025. Tradisi ini mengisahkan momen menangkap nyale (cacing laut) yang diyakini sebagai jelmaan Putri Mandalika. 


''Bau Nyale merupakan simbol pengorbanan, kebersamaan, dan pelestarian budaya Lombok,'' jelas mantan Camat Pujut itu. 


Ia menambahkan, festival ini juga menjadi wujud dukungan terhadap pariwisata Mandalika dan NTB yang kian dikenal dunia. Dengan hadirnya pengunjung lokal dan internasional, acara ini tidak hanya melestarikan nilai budaya, tetapi juga meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.


''Kami mengingatkan kembali agar jangan lewatkan kesempatan untuk merasakan pengalaman budaya yang memukau ini. Mari bersama-sama hadir dan rayakan keindahan tradisi yang kaya makna di Festival Pesona Bau Nyale 2025,'' tandasnya. (iwn)

© Copyright 2021 OPSINTB.com | News References | PT. Opsi Media Utama