tips

06/03/25

Tips sehat berpuasa selama Ramadhan bagi penderita gangguan lambung

 
Tips sehat berpuasa selama Ramadhan bagi penderita gangguan lambung

OPSINTB.com - Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Praya, Lombok Tengah, dr Lalu Buly Fatrahadi Utama memberikan tips sehat dalam menjalankan ibadah puasa bagi pasien penderita gangguan lambung atau pencernaan.


Seperti diketahui, penderita gangguan lambung akan merasakan gejala umum seperti nyeri lambung, mual dan muntah, perut kembung, hingga diare atau sembelit pada saat berpuasa.


''Namun, dengan tingkat keparahan tinggi, pasien akan mengalami pendarahan hingga penyempitan lambung,'' kata dr Buly di Program Tips Sehat Selama Bulan Puasa Bersama RSUD Praya, Kamis (6/3/2025).


Menurut dr Buly, hal pertama yang harus dilakukan pasien penderita gangguan lambung adalah tidak melewatkan makan sahur.


''Makan sahur penting bagi penderita gangguan pencernaan untuk meningkatkan energi, menyeimbangkan gula darah, mencegah dehidrasi, dan lainnya,'' ujarnya.


Selanjutnya, tidak menunda buka puasa. Ia pun menyarankan kepada penderita gangguan lambung untuk berbuka dengan yang manis.


''Usahakan waktu berbuka puasa didahului dengan makan makanan manis,'' tambahnya.


Setelah itu, ia menyarankan agar penderita penyakit tersebut tidak langsung melahap makanan berat. Tetapi, sebaiknya memberikan jeda untuk shalat atau aktivitas fisik lainnya.


''Kemudian baru bisa mengkonsumsi makanan berat seperti nasi, ikan, dan lauk lainnya,'' terang dr Buly.


Kemudian antara waktu tidur dan makan sebaiknya diberikan jeda 1-2 jam. Ia mencontohkan, misalnya makan terakhir pasien atau penderita di jam 9, maka berikan jeda 1-2 jam dulu baru kemudian boleh tidur. 


''Minum cukup air putih antara 4-6 gelas antara periode berbuka dan sahur. Selanjutnya hindari stres,'' bebernya.


Ia menambahkan, adapun jenis makanan yang perlu dihindari bagi penderita penyakit lambung adalah makanan pedas, asin, dan dingin. Terlebih pada waktu berbuka puasa atau sahur. 


''Kemudian tidur yang cukup dan hindari begadang yang tidak perlu,'' pungkas dr Buly. (iwn)

16/02/25

Selain lezat, daun ketujur ternyata baik untuk kesehatan dan kecantikan

 
Daun ketujur atau daun turi

OPSINTB.com - Ketujur, begitulah masyarakat suku Sasak mengenalnya. Dalam bahasa Indonesia tumbuhan satu ini disebut dengan Turi.


Turi, masih menjadi primadona di kalangan suku Sasak. Pasalnya tumbuhan satu ini masih bisa ditemukan tumbuh sembarang di persawahan, bahkan di lahan rumah warga.


Di kalangan masyarakat Lombok, tumbuhan bernam latin Sebania Grandiflora ini acap kali dijadikan hidangan. Sebab selain rasanya enak, cara masaknya pun terbilang cukup sederhana.


Bagi ibu-ibu rumah tangga tak perlu menyiapkan berbagai macam bumbu penyedap rasa. Hanya bermodal garam dan micin sudah cukup. 


Atau ada juga yang mencampurkan dengan santan kelapa. Ditambah dengan sedikit aroma jeruk purut.


Meski kadang lauk turi, menjadi olok-olokan generasi Z, tapi tumbuhan ini banyak sekali memiliki manfaat. 


Mulai dari, meningkatkan daya tahan tubuh karena memiliki kandungan vitamin A, C, dan B kompleks. 


Mengobati sariawan, kandungan vitamin C dalam daun turi dapat mengatasi sariawan. Menurunkan tekanan darah, karena mengandung flavonoid.


Mencegah diare, senyawa alami tanin dalam daun turi dapat mencegah penyerapan zat beracun yang menyebabkan diare. 


Menurunkan demam, fitosterol dalam daun turi memiliki sifat anti radang dan piretik yang dapat meredakan demam. 


Mengobati gangguan pencernaan, daun turi juga dapat diolah menjadi jus segar untuk mengobati gangguan pencernaan. 


Tak hanya daunnya. Kembang turi juga bisa dijadikan lauk pauk sebagai salah satu hidangan. Rasnya tak kalah dengan daun kol maupun bayam.


Dikutip dari Aladokter, kembang turi banyak ditemukan di kawasan negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Kembang dengan nama latin Sesbania grandiflora ini sudah sejak lama digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Bagaimana tidak, kembang ini kaya akan antioksidan, asam amino, mineral, dan vitamin.


Kembang turi memiliki cita rasa kuat dan pahit dan dapat dikonsumsi secara langsung maupun diolah terlebih dahulu. Di Indonesia, kembang ini biasanya banyak dikonsumsi sebagai tumisan atau lalapan.


Kembang turi berasal dari beragam kandungan di dalamnya yang kaya nutrisi, seperti tanin, flavonoid, saponin, protein, fitosterol, dan vitamin C. Berkat sejumlah kandungannya tersebut, kembang turi dapat memberikan beragam manfaat.


Pertama mengobati sariwan, dikutip dari Aladokter, terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa kembang turi bisa bermanfaat untuk mengobati sariawan. Hal ini dapat terjadi karena kembang yang memiliki warna merah atau putih ini kaya akan vitamin C.


Mengingat sariawan merupakan peradangan di dalam mulut yang umumnya terjadi akibat kekurangan vitamin C, maka kandungan vitamin C pada kembang turi diyakini dapat membantu mengobati sariawan. Selain itu, vitamin C pada buah turi juga mampu menjaga daya tahan tubuh sehingga dapat mengurangi risiko sariawan.


Kedua, mengobati jerawat. Selain sariawan Turi juga bisa menjadi media penyembuh untuk jerawat. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang menunjukkan bahwa tanaman ini mengandung antibakteri, seperti tanin, flavonoid, dan saponin. Kandungan-kandungan tersebut mampu mengeluarkan sel bakteri, termasuk bakteri penyebab jerawat.


Ketiga, mencegah diare. Kembang turi juga dapat digunakan untuk mengatasi diare, karena mengandung senyawa alami tanin. Senyawa yang bersifat antioksidan ini mampu mencegah penyerapan zat beracun penyebab diare. Sifat antibakteri yang terkandung di dalam kembang turi juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab diare.


Keempat, meredakan demam. Kandungan fitosterol pada kembang turi juga diketahui bisa meredakan demam. Fitosterol memiliki sifat antiradang dan antipiretik yang berguna untuk meredakan atau mengurangi demam. Selain itu, kandungan fitosterol di dalam kembang turi juga menunjukkan aktivitas analgesik yang signifikan sehingga efektif untuk meredakan demam.


Kelima, mempercepat penyembuhan luka. Masih dari sumber yang sama, kembang turi juga diketahui dapat membantu dalam proses penyembuhan luka. Manfaat ini dapat diambil dari ekstrak metanol kembang turi. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa ekstrak tersebut mampu menyembuhkan luka secara signifikan. Meski begitu, penelitian terkait manfaat kembang turi untuk penyembuhan luka masih terbatas sehingga memerlukan penelitian lebih lanjut.


Keenam, mencegah diabetes. kandungan senyawa tanin dan saponin di dalamnya, kembang turi dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit diabetes. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa tanin dan saponin dapat membantu menurunkan gula darah. Selain itu, kandungan asam klorogenat pada kembang turi juga mampu mengontrol kadar gula darah, Akan tetapi, efektivitas kandungan pada kembang turi untuk mengurangi kadar gula darah masih memerlukan penelitian lebih lanjut.


Ketujuh, menurunkan tekanan darah. Aladokter menulis, sebuah penelitian menunjukkan bahwa flavonoid pada kembang turi dapat menurunkan tekanan darah. Hal ini bisa terjadi karena flavonoid memiliki sifat vasodilator sehingga mampu melebarkan pembuluh darah. Saat pembuluh darah melebar, aliran darah menjadi lancar dan tekanan darah pun menurun.


Kedelapan, melindungi kesehatan jantung. Terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa kembang turi mampu melindungi kesehatan jantung. Hal ini mungkin berkat kandungan antioksidannya, seperti flavonoid, tanin, dan isoflavonoid. Meski begitu, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan manfaat kembang turi untuk kesehatan jantung.


Kesembilan, mengurangi risiko terkena kanker. Selain dapat melindungi kesehatan jantung, kandungan antioksidan pada kembang turi juga dikatakan punya kemampuan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker. Selain itu, tanin dan flavonoid pada kembang turi juga memiliki sifat antiproliferatif, yaitu kemampuan untuk menghentikan proses pertumbuhan sel kanker.


"Untuk mendapatkan sejumlah manfaat kembang turi di atas, anda perlu mengonsumsinya dengan cara yang benar," dikutip dari Aladokter. (red)

02/02/25

Nindiq ayah betok ngoncer

 
Foto: Ilustrasi orang bodoh yang sok pintar. (freepik)

OPSINTB.com - Sudah baca buku atau artikel tentang matinya kepakaran, karangan Tom Nichols?.


Ya jurnalis senior itu menggambarkan fenomena dunia kekinian, soal banyaknya bermunculan orang yang berkomentar di luar keahliannya.


Terlebih, di era digital saat ini. Tiba-tiba saja teman di laman media sosialnya berkomentar tentang sesuatu yang di luar kemampuannya


Oleh Tom Nichols, mengibaratkan penonton sepak bola yang tengah menonton, mendadak menjadi pakar. Mereka lebih faham ketimbang pelatih yang menukangi sebuah tim.


"Sekarang, kalau di stadion ada 50 ribu penonton sepakbola, maka sebanyak 50 ribu itu pakar sepakbola. Semua bisa bikin opini dan menyebarluaskannya," tulis Tom Nichols dalam bukunya.


Komentar atau berpendapat tak dilarang. Bahkan telah dilindungi undang-undang. Namun, jika pendapat itu dilakukan di luar keahlian, bisa jadi hanya akan menimbulkan persepsi pembohong, tanpa dasar yang jelas.


Mengenai hal itu, nenek moyang telah memperingati agar tak melakukan hal semacam itu. Melalui semacam sesenggak Sasak (pribahasa dari Suku Sasak).


Salah satu sesenggak Sasak yang masih terdengar hingga saat ini ialah Nindiq Ayah Betok Ngoncer (jangan ajarkan ikan berenang, red).


Pribahasa Sasak ini masih terdengar semisal di Desa Songak, Kecamatan Sakra.


Ternyata, mendadak menjadi pakar sudah disindir oleh orang tua suku Sasak ratusan tahun yang lalu.


Untuk mengingatkan agar tak bicara di luar pemahaman. Terlebih lagi mengajarkan kepada seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, apalagi orang itu lebih tua. 


Pengibaratan ikan betok dikarenakan, hewan satu ini memiliki sisik yang keras dan berkepala besar. Selain itu, morfologi satu ini dikenal mahir berenang di lumpur. 


Ini barmakna, jangan sampai saat mengluarkan pendapat hanya berdasarkan keinginan atau ketertarikan kepada seseorang yang ditokohkan. Dan jangan sampai cepat besar kepala jika dikritik dan disanjung.


Hewan ini, juga terkenal memiliki otak yang begitu keras. Yang maknanya banyak orang yang keras kepala. Tak ingin mendengarkan pedapat orang bahkan cenderung menyalahkan pendapat orang lain. Dan merasa diri paling pintar


Di sisi lain, hewan ini salah satu yang begitu pintar mengelabui. Sampai-sampai masuk ke dalam lumpur, hanya sekedar mengelabui ketika sudah terancam. Maknanya tidak berani berani melawan lawan. Pesan singkatnya, menjaga lisan agar terjaga dari kehancuran.


Zaman digital ini sepertinya cocok untuk gambaran itu. Karena banyak orang yang seenaknya menilai orang. Bahkan seperti mengajar mereka sebenarnya tidak tahu kebenaran hal itu.


Jadi jangan sampai sperti sesenggak itu. Mengajarkan seorang tentang keahliannya.


Semoga Allah SWT, melindungi lisan dan fikiran. Terkahir ada sebuah anekdot untuk mengingatkan agar tetap berhati-hati dalam berucap.


"Jika pedang melukai badan, ada harapan untuk hidup. Tapi jika lisan melukai hati, kemana obat ingin diacri". (kin)

Daun kelor bisa menjadi pengganti susu

 
Daun kelor bisa menjadi pengganti susu

OPSINTB.com - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) nampaknya terus mengalami evaluasi. Tidaknya hanya soal teknis, tapi juga menu makanan yang bakal disajikan.


Salah satu daftar yang disuguhkan ialah susu sapi. Namun demikian tak semua daerah bisa memenuhinya.


Untuk mengganti menu ini ialah kelor. Tumbuhan satu ini dipercaya bisa memiliki kandungan kalsium.


"(Menu susu) cukup bisa diganti dengan telur. Kalsiumnya bisa dengan kelor. Yang jauh dari susu dan logistiknya susah ya tidak usah dipaksakan. Bisa ada telur, bisa kelor," ucap Kepala BGN Dadan Hindayana usai mengikuti Rakortas CPP 2025 di Jakarta, Senin (23/12/2024) lalu, seperti dilansir dari  tribunnews.com.


Kelor, terbilang masih menjadi primadona di pedesaan, khususnya bagi masyarakat di Lombok. Tumbuhan satu ini acapkali didapati menjadi menu utama saat makan.


Dikutip dari laman BRIN, oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tanaman bernama latin Moringa oleifera Lam ini dijuluki The Miracle Tree.


Selain diolah sebagai bahan pangan, kelor juga dapat diolah sebagai campuran herbal. Kandungan vitamin dan mineral dalam kelor terbukti mencukupi gizi harian yang dibutuhkan oleh tubuh. Bahkan, kandungan kalsiumnya pun melebihi susu hewani.


"Kandungan kalsium kelor lebih tinggi dibanding tanaman lain. Bahkan, jika dibandingkan dengan susu sapi sekalipun. Padahal selama ini susu sapi dikenal sebagai sumber utama kalsium bagi manusia," ujar Peneliti Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan Ridwan, dikutip dari halaman BRIN.


Berdasarkan beberapa literatur, Doktor lulusan Institut Pertanian Bogor ini juga mengungkapkan, susu sapi rata-rata mengandung 143mg/100 gr kalsium, sedangkan kandungan kalsium daun kelor kering dapat mencapai 17 kali lipatnya.


Ridwan pernah menganalisis dan membandingkan kandungan kalsium daun kelor dari beberapa daerah di Indonesia. Hasilnya ada yang mencapai hingga 21 kali lipat, yaitu mencapai 3000mg/100gr. Jadi jangan heran, jika di NTT pernah mewajibkan masyarakatnya mengonsumsi kelor, khususnya bagi ibu hamil dan menyusui.


Tak hanya itu, tanaman ini juga memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, sekitar 25-34 persen, setara dengan kandungan protein pada kacang-kacangan. Merujuk dari data tersebut, memang masih belum sebanding dengan kandungan protein biji kedelai yang mencapai 36 persen


Pohon kelor yang tergolong ke dalam genus Moringaceae diyakini berasal dari kaki bukit Himalaya, meliputi Pakistan, India, Nepal dan Bangladesh. Saat ini, tanaman tersebut tersebar luas dan banyak dibudidayakan terutama di wilayah tropis.


Selain diolah sebagai bahan pangan, kelor juga dapat diolah sebagai campuran herbal. Kandungan vitamin dan mineral dalam kelor terbukti mencukupi gizi harian yang dibutuhkan oleh tubuh. Bahkan, kandungan kalsiumnya pun melebihi susu hewani.


"Kandungan kalsium kelor lebih tinggi dibanding tanaman lain. Bahkan, jika dibandingkan dengan susu sapi sekalipun. Padahal selama ini susu sapi dikenal sebagai sumber utama kalsium bagi manusia," ujar Ridwan.


Ridwan menuturkan selain mengandung kalsium dan protein, kelor juga mengandung berbagai senyawa metabolit sekunder yang berfungsi sebagai antibakteri, antioksidan, antifungi, antiinflamasi, antikanker, anti obesitas, dan anti kolesterol. 


Tak hanya itu, senyawa metabolit sekunder memiliki beberapa fungsi lain, diantaranya sebagai atraktan (menarik serangga penyerbuk), pelindung dari stres lingkungan, pelindung dari serangan hama atau penyakit (phytoaleksin), pelindung terhadap sinar ultra violet, dan sebagai zat pengatur tumbuh.


"Senyawa metabolit sekunder sulit disintesa, jarang dijumpai di pasaran, sehingga memiliki nilai ekonomi tinggi. Senyawa bioaktif yang paling banyak diincar dalam kelor adalah flavonoid.  Moringa mengandung berbagai jenis flavonoid senyawa seperti quercetin, kaempferol, isorhamnetin, apigenin, dan myricetin. Kandungan flavonoid daun kelor dilaporkan lebih tinggi dari tanaman lain, seperti bayam, brokoli, dan sayuran lainnya. Bahkan dinyatakan kandungan flavonoid daun kelor lebih tinggi (327,2 mg/100 FW) dibandingkan 19 sayuran yang biasa dikonsumsi dalam kemasan salad (3,8 - 191 mg/100 g FW) di Spanyol," tandas Ridwan.


Selain diolah sebagai bahan pangan, kelor juga dapat diolah sebagai campuran herbal. Kandungan vitamin dan mineral dalam kelor terbukti mencukupi gizi harian yang dibutuhkan oleh tubuh. Bahkan, kandungan kalsiumnya pun melebihi susu hewani.


"Kandungan kalsium kelor lebih tinggi dibanding tanaman lain. Bahkan, jika dibandingkan dengan susu sapi sekalipun. Padahal selama ini susu sapi dikenal sebagai sumber utama kalsium bagi manusia," ujar Ridwan.


Masih dari sumber yang sama, Flavonoid merupakan salah satu senyawa polifenol yang baru-baru ini telah banyak dipelajari dan digunakan dalam bidang kesehatan. 


Kandungan ini memiliki fungsi potensial sebagai antivirus atau bakteri, anti-diabetes, anti-kanker, anti-inflamasi dan untuk pengobatan penyakit degeneratif, tetapi terutama memiliki berfungsi sebagai antioksidan.  


Sebagai senyawa fitokimia, flavonoid tidak disintesis pada tubuh manusia ataupun hewan. Biosintesis flavonoid terjadi di hampir bagian tanaman, terutama dalam sel fotosintesis. 


Kelor merupakan salah satu tanaman yang telah diketahui mengandung senyawa flavonoid dengan aktivitas antioksidan yang tinggi. Namun, kandungan flavonoid tanaman ini sangat bergantung pada kondisi lingkungan, seperti suhu, cahaya intensitas, dan ketersediaan air. 


"Perlu diketahui, kelor yang tumbuh pada musim kemarau kandungan flavonoidnya lebih tinggi dibandingkan pada musim hujan. Bahkan dilaporkan  konsentrasi flavonoid dalam daun kelor  juga meningkat saat diperlakukan dengan menahan air selama 30 hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa kandungan flavonoid pada Daun kelor dapat ditingkatkan dengan mengurangi air ketersediaan melalui pengolahan stres air," ungkap Ridwan. (kin)

© Copyright 2021 OPSINTB.com | News References | PT. Opsi Media Utama